"Good Morning Mommy!!" sapa Anya baru bangun tidur.
"Morning juga, darling...." jawab Mommy.
"Hai Anya!" sapa Sisterku, Mia dari ruang makan.
"Hai, Sister! Hari ini menu makannya apa?"aku bertanya pada Mia
"Ada udang mayonnaise, salmon sashimi, dannn... es krim rasa kesukaan mu, Cookies & Cream!!
"Asyik!!! " Akupun segera menuju ruang makan, makan bersama daddy,
Mia, Uncle Ronald, dan Aunt Grace. Mommy ku sudah selesai makan.
Namaku Ellenia Anya Fastonia. Aku keponakan dari Uncle Ronald yang
merupakan pemimpin Starkly City. Ya, Uncle Ronald adalah King dari
kerajaan Starkly City. Mia adalah anak dari Uncle Ronald dan Aunt Grace.
Mia merupakan saudara sepupuku. Dia lebih tua dariku 5 tahun. Sudah
dulu ya, perkenalannya, Back to the story...
"Anya, jogging yuk... " ajak Mia
"Ok!" Aku dan Mia pun segera berganti baju dan jogging....
Satu tahun kemudian.....
"Argh... Kita Dobrak saja pintunya!" kata salah satu warga Darklyto City.
"Anak-anak! Segera berganti baju warna hitam dan segeralah menuju benteng!" seru Aunt Grace.
"Baik!"
Istana Kerajaan Starkly City kini sedang berusaha di dobrak oleh negara tetangga kami, Darklyto City.
"Eits.. Anak-anak.. Kalian mau kemana??" Ucap salah satu warga Darklyto City
"ehh.. a.."ucapku tergagap-gagap. Aku dan Mia pun segera dibawa
pergi oleh orang itu ke ruang aula kerajaan, entah untuk apa.
Sampai di aula, kami menyaksikan saat kami ditindak sebagai
sandera, Mommy, daddy, Uncle Ronald dan Aunt Grace dimasukan dan
digiring ke dalam perahu para warga. Aku dan Mia pun di bawa ke salah
satu perahu, dipisah dari keempat orang tua. Kami sampai di Darklyto
City. Kami digiring kembali ke Istana Kerajaan Darklyto City dan bertemu
dengan King Darkto. Di aula istana, kami di adili. Akhirnya, ini hasil
keputusan :
Rabu, 25 Desember 2013
Kakak Kelas Misterius
Dancy menendang batu kerikil di
depannya. Wajahnya ditekuk. Tidak ada senyum sama sekali diwajahnya. Ia
mengingat perkataan Mrs.Lisha di kelas tadi.
"anak-anak, nanti malam akan diadakan acara kemandiriaan. Semua anak kelas 6 diwajibkan mengikuti acara ini"
Acara kemandirian adalah acara yang mewajibkan semua murid-murid nya melatih kemandiriaannya. Mulai dari melakukan apa-apa sendiri, sampai melatih keberanian. Dancy adalah salah satu anak dari beberapa anak yang tidak menyukai acara tersebut. Apalagi banyak orang yang mengatakan, sekolah Dancy termasuk angker dan menyeramkan.
"Dancy, aku duluan ya" kata Gladys. "jangan lupa nanti malem ya!"
"iya, iya siap deh" kata Dancy tersenyum masam. Sebenarnya ia enggan mengikuti acara ini.
***
Malam telah tiba. Belum apa-apa keringat dingin Dancy sudah keluar. Disinilah ia, berdiri di depan ruang kelas yang dijadikan kamar. Ia memegang erat tas ransel nya. Hawa tidak enak sudah menyelimuti ruang kamar ini. Bulu kuduk Dancy dibuat berdiri karenanya.
"hei, akhirnya kamu datang juga" seru Gladys menghampiri Dancy. "kukira kau tidak bakal datang karena takut"
"memang aku se-penakut itu apa?" kata Dancy tersinggung.
"iya, iya. Jangan marah dong" kata Gladys tertawa geli melihat ekspresi Dancy.
"apakah aku satu kamar denganmu?" tanya Dancy bingung.
"tentu saja! Kamu bisa taruh tas mu disitu. Dan kau tidur disampingku" terang Gladys. "sebentar ya, aku keluar dulu" lanjutnya kemudian berlari ke luar.
Sekarang tinggal Dancy yang ditinggal sendirian di kamar. Semua teman-temannya sedang tidak ada di kamar.
Tunggu... Dancy meralat ucapannya. Ada satu orang perempuan di pojok ruangan. Ia sedang duduk di kasur lipatnya yang lusuh. Ia juga sibuk membaca buku yang terlihat tebal. Dancy memperhatikan dengan seksama perempuan itu. Merasa diperhatikan, perempuan itu menoleh kearah Dancy. Terlihat wajahnya yang dingin dan pucat. Tatapan matanya sangat dingin menatap Dancy. Entah kenapa, Dancy merasa hawa kamar semakin tidak beres setelah ia melihat perempuan itu. Dancy lalu berlari keluar kamar menemui Gladys.
"kamu kenapa, Dan?" tanya Gladys heran. "kayak habis liat setan?"
"aku itu emang habis liat setan, Dys!" kata Dancy masih ngos-ngosan. "ikut aku, aku liatin deh biar kamu percaya"
Dua gadis itu berjalan kearah kemar mereka berdua. Dancy menunjukkan dimana dia melihat perempuan itu. Tapi, tidak ada apapun disitu. Perempuan itu menghilang entah kemana.
"halusinasi kamua aja deh, Dan" kata Gladys menatap sahabatnya. "udah ah, aku mau keluar lagi aja"
Setelah Gladys keluar, Dancy kembali sendirian. Ia mencoba menenangkan pikirannya agar tidak berhalusinasi lagi. Tapi ia yakin, tadi perempuan itu benar-benar ada.
"maaf ya tadi aku nakutin kamu" bisik sebuah suara. Dancy menoleh untuk melihat orang yang membisikannya.
"Aaaaaaa!!" teriak Dancy kaget. Perempuan itu lagi!
"aku bukan setan kok. Tenang aja" ucap perempuan itu santai. "oh iya, nama kamu siapa?"
"aku Dancy" katanya memperkenalkan namanya. "kamu?"
"Nora" kata perempuan yang bernama Nora itu. "ikut acara kemandirian juga ya?"
"Iya, kamu juga ya?" tanya Dancy. "oh iya, kamu kelas berapa? Kok aku belum pernah liat kamu?"
"aku kelas 9. Aku tau kamu kelas 7 kok" kata Kak Nora tersenyum manis.
"wahh, kakak kelas ya? Pasti udah mau lulus" ujar Dancy.
"tidak! Aku tidak akan pernah lulus dari sekolah ini! Asal kamu tau saja" kata Kak Nora tiba-tiba berubah menjadi galak. Ia menjadi sangat dingin terhadap Dancy.
"i...iy...iya, maaf" kata Dancy lumayan takut.
Tak lama kemudian teman-teman termasuk Gladys masuk kedalam kamar. Seketika itu juga Kak Nora hilang entah kemana. Dancy tidak memperdulikannya. Yang penting sekarang ia tidak sendirian lagi.
***
Setelah tiga hari melewati acara kemandirian, semua murid dipersilahkan pulang. Begitupula dengan Dancy. Ia sudah tidak sabar kembali kerumahnya. Tidak sabar juga bermain dengan Kitty, kucing persia peliharaannya.
Dancy keluar gerbang diikuti oleh beberapa anak lainnya yang juga sudah dijemput orang tua nya. Dancy sedang menunggu Kak Nora. Kok dia gak keliatan ya?
Sampai akhirnya sekolah sepi dan gerbang hampir ditutup, Kak Nora tidak kelihatan juga.
"Mang Asep, jangan ditutup dulu dong gerbangnya" kata Dancy mencegah Mang Asep menutup pintu gerbang.
"lho? Emang kenapa atuh Neng? Ini kan sudah siang" kata mang Asep bingung.
"itu lho, Kak Nora. Anak kelas 9 belum keluar juga. Padahal kan aku pengen ngobrol sama dia" jelas Dancy. "masa Mang Asep gak kenal sih? Padahal Mang Asep udah kerja disini 20 tahun"
"Nora?!" kata Mang Asep kaget.
"aduh gimana ya Neng? Soalnya Nora itu udah..." ucapan Mang Asep terputus saat melihat Nora melambaikan tangannya dengan senyum sinis nya.
"anak-anak, nanti malam akan diadakan acara kemandiriaan. Semua anak kelas 6 diwajibkan mengikuti acara ini"
Acara kemandirian adalah acara yang mewajibkan semua murid-murid nya melatih kemandiriaannya. Mulai dari melakukan apa-apa sendiri, sampai melatih keberanian. Dancy adalah salah satu anak dari beberapa anak yang tidak menyukai acara tersebut. Apalagi banyak orang yang mengatakan, sekolah Dancy termasuk angker dan menyeramkan.
"Dancy, aku duluan ya" kata Gladys. "jangan lupa nanti malem ya!"
"iya, iya siap deh" kata Dancy tersenyum masam. Sebenarnya ia enggan mengikuti acara ini.
***
Malam telah tiba. Belum apa-apa keringat dingin Dancy sudah keluar. Disinilah ia, berdiri di depan ruang kelas yang dijadikan kamar. Ia memegang erat tas ransel nya. Hawa tidak enak sudah menyelimuti ruang kamar ini. Bulu kuduk Dancy dibuat berdiri karenanya.
"hei, akhirnya kamu datang juga" seru Gladys menghampiri Dancy. "kukira kau tidak bakal datang karena takut"
"memang aku se-penakut itu apa?" kata Dancy tersinggung.
"iya, iya. Jangan marah dong" kata Gladys tertawa geli melihat ekspresi Dancy.
"apakah aku satu kamar denganmu?" tanya Dancy bingung.
"tentu saja! Kamu bisa taruh tas mu disitu. Dan kau tidur disampingku" terang Gladys. "sebentar ya, aku keluar dulu" lanjutnya kemudian berlari ke luar.
Sekarang tinggal Dancy yang ditinggal sendirian di kamar. Semua teman-temannya sedang tidak ada di kamar.
Tunggu... Dancy meralat ucapannya. Ada satu orang perempuan di pojok ruangan. Ia sedang duduk di kasur lipatnya yang lusuh. Ia juga sibuk membaca buku yang terlihat tebal. Dancy memperhatikan dengan seksama perempuan itu. Merasa diperhatikan, perempuan itu menoleh kearah Dancy. Terlihat wajahnya yang dingin dan pucat. Tatapan matanya sangat dingin menatap Dancy. Entah kenapa, Dancy merasa hawa kamar semakin tidak beres setelah ia melihat perempuan itu. Dancy lalu berlari keluar kamar menemui Gladys.
"kamu kenapa, Dan?" tanya Gladys heran. "kayak habis liat setan?"
"aku itu emang habis liat setan, Dys!" kata Dancy masih ngos-ngosan. "ikut aku, aku liatin deh biar kamu percaya"
Dua gadis itu berjalan kearah kemar mereka berdua. Dancy menunjukkan dimana dia melihat perempuan itu. Tapi, tidak ada apapun disitu. Perempuan itu menghilang entah kemana.
"halusinasi kamua aja deh, Dan" kata Gladys menatap sahabatnya. "udah ah, aku mau keluar lagi aja"
Setelah Gladys keluar, Dancy kembali sendirian. Ia mencoba menenangkan pikirannya agar tidak berhalusinasi lagi. Tapi ia yakin, tadi perempuan itu benar-benar ada.
"maaf ya tadi aku nakutin kamu" bisik sebuah suara. Dancy menoleh untuk melihat orang yang membisikannya.
"Aaaaaaa!!" teriak Dancy kaget. Perempuan itu lagi!
"aku bukan setan kok. Tenang aja" ucap perempuan itu santai. "oh iya, nama kamu siapa?"
"aku Dancy" katanya memperkenalkan namanya. "kamu?"
"Nora" kata perempuan yang bernama Nora itu. "ikut acara kemandirian juga ya?"
"Iya, kamu juga ya?" tanya Dancy. "oh iya, kamu kelas berapa? Kok aku belum pernah liat kamu?"
"aku kelas 9. Aku tau kamu kelas 7 kok" kata Kak Nora tersenyum manis.
"wahh, kakak kelas ya? Pasti udah mau lulus" ujar Dancy.
"tidak! Aku tidak akan pernah lulus dari sekolah ini! Asal kamu tau saja" kata Kak Nora tiba-tiba berubah menjadi galak. Ia menjadi sangat dingin terhadap Dancy.
"i...iy...iya, maaf" kata Dancy lumayan takut.
Tak lama kemudian teman-teman termasuk Gladys masuk kedalam kamar. Seketika itu juga Kak Nora hilang entah kemana. Dancy tidak memperdulikannya. Yang penting sekarang ia tidak sendirian lagi.
***
Setelah tiga hari melewati acara kemandirian, semua murid dipersilahkan pulang. Begitupula dengan Dancy. Ia sudah tidak sabar kembali kerumahnya. Tidak sabar juga bermain dengan Kitty, kucing persia peliharaannya.
Dancy keluar gerbang diikuti oleh beberapa anak lainnya yang juga sudah dijemput orang tua nya. Dancy sedang menunggu Kak Nora. Kok dia gak keliatan ya?
Sampai akhirnya sekolah sepi dan gerbang hampir ditutup, Kak Nora tidak kelihatan juga.
"Mang Asep, jangan ditutup dulu dong gerbangnya" kata Dancy mencegah Mang Asep menutup pintu gerbang.
"lho? Emang kenapa atuh Neng? Ini kan sudah siang" kata mang Asep bingung.
"itu lho, Kak Nora. Anak kelas 9 belum keluar juga. Padahal kan aku pengen ngobrol sama dia" jelas Dancy. "masa Mang Asep gak kenal sih? Padahal Mang Asep udah kerja disini 20 tahun"
"Nora?!" kata Mang Asep kaget.
"aduh gimana ya Neng? Soalnya Nora itu udah..." ucapan Mang Asep terputus saat melihat Nora melambaikan tangannya dengan senyum sinis nya.
Sweet Candy
"Anak penjual permen, anak penjual permen!" begitulah ejekan yang setiap hari diterima oleh Icha.
Icha memang anak penjual permen. Tapi bukan penjual permen yang biasa-biasa lho. Orang tua nya punya pabrik permen yang terkenal sampai luar negeri. Tak hanya itu, orang tuanya membuat kios permen kecil-kecil-an dipinggir jalan agar orang yang belum tau merk permen keluarga Icha, jadi tau dan langsung beli lagi deh! Salah satu penjual permen itu adalah Mang Dwi. Mang Dwi itu deket banget sama Icha. Gara-gara Icha mampir di kios Mang Dwi sambil nunggu jemputan, jadi dikira Nancy anak tersombong di sekolah, Icha itu cuma anak penjual permen yang miskin.
****
Pagi ini Icha bangun pagi. Ia langsung mandi dan mengenakan seragamnya. Lalu ia turun untuk sarapan bersama keluarganya. Sepiring sandwich daging dan segelas susu menjadi menu sarapan Icha pagi ini.
Setelah itu Icha masuk mobil untuk berangkat ke sekolah. Gerbang sekolah ditutup lima belas menit lagi. Masih ada waktu buat Icha mengecek PR yang tadi malam ia kerjakan. Dengan semangat, ia masuk ke dalam kelas. Di kelas, sudah ada Nancy dan geng nya. Mereka melirik Icha dengan tatapan sinis.
"Heh anak penjual permen! Gaya banget sih, sok cuek sama kita-kita" seru Nancy sebal melihat kelakuan Icha.
"so? Jadi aku harus nyembah-nyembah ratu bully kayak kalian, gitu?" sahut Icha santai.
"Halah, palingan kamu juga dapet beasiswa buat sekolah disini" ejek Nancy. "Mana mungkin anak penjual permen yang miskin bisa sekolah disekolah ini"
"terserah kalian deh. Emangnya aku pikirin gitu??" ucap Icha cuek. Ia kemudian menaruh tas nya di bangku tempat biasa ia duduk.
***
Pulang sekolah, Icha langsung dijemput oleh mobil milik keluarganya. Tidak ada yang tau bahwa mobil itu adalah mobil milik keluarga Icha. Karena satu sekolah tau, bahwa Icha hanya seorang anak penjual permen miskin.
"Nancy, itu bukannya anak penjual permen itu ya?" kata Mira salah satu teman Nancy saat melihat Icha masuk kedalam mobil. "ngapain dia masuk ke dalem mobil bagus itu?"
"iya, ya. Ngapain coba?" kata Nancy heran. "kita ikutin yuk"
Kemudian Nancy dan geng nya masuk kedalam mobil jemputan Nancy. Mereka mengikuti mobil Icha yang hendak mengantarkan Icha pulang ke rumah.
Setelah mobil jemputan Icha berhenti di depan rumah Icha yang mewah, Nancy dan geng nya turun dari mobil. Mereka masih heran, rumah siapa yang Icha masuki.
"mbak-mbak ini temennya non Icha ya? Ayo tho, masuk aja. Ndak usah malu-malu" kata salah satu pembantu rumah Icha dengan logat jawa yang kental.
"Eh, gak usah mbak, kita cuma mau..." belum sempat Nancy menyelesaikan ucapannya, pembantu itu sudah mengantarkan Nancy dan geng nya masuk kedalam rumah.
"wah rumahnya bagus ya" kata Mira melihat sekeliling rumah.
"iya, masa si Icha punya rumah sebagus ini sih?" Nancy masih keheranan. Antara percaya dan tidak percaya.
Tak lama kemudian, Icha keluar dari kamarnya.
"lho kalian?!" sahutnya kaget. "kok gak bilang dulu kalo mau main kesini?"
"eh..eh" Nancy gelagapan sendiri.
"kaget ya?" tanya Icha. Tepat sasaran, wajah Nancy langsung memerah.
"sebetulnya sih iya, Cha" kata Nancy malu. "gak nyangka, ternyata kamu bukan anak penjual permen"
"aku emang anak penjual permen kok!" kata Icha tersenyum. "tapi yang kemarin itu pegawai ayahku. Ayahku punya pabrik permen. Salah satu cara untuk membuat orang-orang tau produk permen keluargaku ya dengan cara berjualan di kios-kios kayak gitu"
"ehm maafkan aku ya, Cha" kata Nancy mengulurkan tangannya, diikuti teman-temannya yang lain.
"gak papa kok" Icha menyambut uluran tangan Nancy dan yang lain. "makan permen yuk! Aku punya persediaan permen gulali di dapur. Aku ambilin ya"
Icha mengambil persediaan permen gulali miliknya di dapur. Ia memang selalu punya persediaan segala macam permen. Karena dia memang suka makan permen. Hehehehehe.
Icha memberikan gulali itu untuk keempat sahabat barunya. Mereka lalu memakan permen itu bersama-sama. Sekarang, permusuhan telah berakhir. Dan menjelma menjadi persahabatan yang manis, semanis permen.
SWEET CANDY!!
Manisnya Persahabatan....
Happy Reading guys!
Bubay!!
Karya Agni
Blog : palominaagni.blogspot.com
Baguskan, ceritanya??
Icha memang anak penjual permen. Tapi bukan penjual permen yang biasa-biasa lho. Orang tua nya punya pabrik permen yang terkenal sampai luar negeri. Tak hanya itu, orang tuanya membuat kios permen kecil-kecil-an dipinggir jalan agar orang yang belum tau merk permen keluarga Icha, jadi tau dan langsung beli lagi deh! Salah satu penjual permen itu adalah Mang Dwi. Mang Dwi itu deket banget sama Icha. Gara-gara Icha mampir di kios Mang Dwi sambil nunggu jemputan, jadi dikira Nancy anak tersombong di sekolah, Icha itu cuma anak penjual permen yang miskin.
****
Pagi ini Icha bangun pagi. Ia langsung mandi dan mengenakan seragamnya. Lalu ia turun untuk sarapan bersama keluarganya. Sepiring sandwich daging dan segelas susu menjadi menu sarapan Icha pagi ini.
Setelah itu Icha masuk mobil untuk berangkat ke sekolah. Gerbang sekolah ditutup lima belas menit lagi. Masih ada waktu buat Icha mengecek PR yang tadi malam ia kerjakan. Dengan semangat, ia masuk ke dalam kelas. Di kelas, sudah ada Nancy dan geng nya. Mereka melirik Icha dengan tatapan sinis.
"Heh anak penjual permen! Gaya banget sih, sok cuek sama kita-kita" seru Nancy sebal melihat kelakuan Icha.
"so? Jadi aku harus nyembah-nyembah ratu bully kayak kalian, gitu?" sahut Icha santai.
"Halah, palingan kamu juga dapet beasiswa buat sekolah disini" ejek Nancy. "Mana mungkin anak penjual permen yang miskin bisa sekolah disekolah ini"
"terserah kalian deh. Emangnya aku pikirin gitu??" ucap Icha cuek. Ia kemudian menaruh tas nya di bangku tempat biasa ia duduk.
***
Pulang sekolah, Icha langsung dijemput oleh mobil milik keluarganya. Tidak ada yang tau bahwa mobil itu adalah mobil milik keluarga Icha. Karena satu sekolah tau, bahwa Icha hanya seorang anak penjual permen miskin.
"Nancy, itu bukannya anak penjual permen itu ya?" kata Mira salah satu teman Nancy saat melihat Icha masuk kedalam mobil. "ngapain dia masuk ke dalem mobil bagus itu?"
"iya, ya. Ngapain coba?" kata Nancy heran. "kita ikutin yuk"
Kemudian Nancy dan geng nya masuk kedalam mobil jemputan Nancy. Mereka mengikuti mobil Icha yang hendak mengantarkan Icha pulang ke rumah.
Setelah mobil jemputan Icha berhenti di depan rumah Icha yang mewah, Nancy dan geng nya turun dari mobil. Mereka masih heran, rumah siapa yang Icha masuki.
"mbak-mbak ini temennya non Icha ya? Ayo tho, masuk aja. Ndak usah malu-malu" kata salah satu pembantu rumah Icha dengan logat jawa yang kental.
"Eh, gak usah mbak, kita cuma mau..." belum sempat Nancy menyelesaikan ucapannya, pembantu itu sudah mengantarkan Nancy dan geng nya masuk kedalam rumah.
"wah rumahnya bagus ya" kata Mira melihat sekeliling rumah.
"iya, masa si Icha punya rumah sebagus ini sih?" Nancy masih keheranan. Antara percaya dan tidak percaya.
Tak lama kemudian, Icha keluar dari kamarnya.
"lho kalian?!" sahutnya kaget. "kok gak bilang dulu kalo mau main kesini?"
"eh..eh" Nancy gelagapan sendiri.
"kaget ya?" tanya Icha. Tepat sasaran, wajah Nancy langsung memerah.
"sebetulnya sih iya, Cha" kata Nancy malu. "gak nyangka, ternyata kamu bukan anak penjual permen"
"aku emang anak penjual permen kok!" kata Icha tersenyum. "tapi yang kemarin itu pegawai ayahku. Ayahku punya pabrik permen. Salah satu cara untuk membuat orang-orang tau produk permen keluargaku ya dengan cara berjualan di kios-kios kayak gitu"
"ehm maafkan aku ya, Cha" kata Nancy mengulurkan tangannya, diikuti teman-temannya yang lain.
"gak papa kok" Icha menyambut uluran tangan Nancy dan yang lain. "makan permen yuk! Aku punya persediaan permen gulali di dapur. Aku ambilin ya"
Icha mengambil persediaan permen gulali miliknya di dapur. Ia memang selalu punya persediaan segala macam permen. Karena dia memang suka makan permen. Hehehehehe.
Icha memberikan gulali itu untuk keempat sahabat barunya. Mereka lalu memakan permen itu bersama-sama. Sekarang, permusuhan telah berakhir. Dan menjelma menjadi persahabatan yang manis, semanis permen.
SWEET CANDY!!
Manisnya Persahabatan....
Happy Reading guys!
Bubay!!
Karya Agni
Blog : palominaagni.blogspot.com
Baguskan, ceritanya??
Cerbung #3 = Adik-ku Fobia Laba-laba!?!? Bag. 3
Adik-ku Fobia Laba-Laba !?!?
Bagian : 3
Oleh : Orin
Singkatan Cerita Sebelumnya :
Merry yang takut terhadap laba-laba
berusaha di tenangkan oleh Jacy dan mamanya. Merry akhirnya bisa makan.
Tetapi, Merry disuapi oleh Jacy. Sehingga saat malam-malam, mama papa
Jacy membicarakan tentang Merry. Apakah Merry harus dibawa ke Ahli
Pengatas Fobia? Itulah topik pembicaraan-nya. Jacy yang mendengar
percakapan itu bingung. Merry fobia laba-laba? Apakah benar? Yuk, kita
dengar lanjutan-nya.
"Merry fobia laba-laba!?!?" pikirku dalam hati. Sesudah B.A.K (Buang Air Kecil, biar lebih sopan ) Aku langsung ke kamar aku. Yang ada di pikiranku hanyalah Merry, Merry, dan Merry.
* * *
Di mana-mana terlihat gelap. Kulihat Merry sedang menangis. Aku
kaget. Langsung aku mencoba untuk berlari kepadanya, tetapi, HAH! Aku
sama sekali tidak bergerak! Aku hanya lari di tempat. Padahal, aku sudah
mencoba lari sekencang mungkin menuju Merry. Tiba-tiba aku lihat ada
laba-laba besar yang berusaha memakan Merry. Aku kaget. "MERRY!"
teriak-ku, sekeras mungkin. Tetapi Merry cuek. Membiarkan dirinya
dimakan laba-laba raksasa itu. Aku menangis. "AHHHHHHHH!" teriak-ku,
sekeras mungkin.
Saat kubuka mataku, ternyata itu hanya mimpi. "Jadi ini yang Merry lihat ya? Sadis banget." gumamku. Kulihat jam Hello Kitty-ku.
"Ahh! Sudah jam 8!" gumamku dalam hati. Kenapa panik? Oh.. karena, aku
seharusnya membantu mamaku memasak jam segini. Aku langsung berlari ke
kamar mandi, mandi, dan ganti baju. Aku berlari ke dapur.
Di dapur, kulihat tidak ada Mama. "Mama?" kataku. Akhirnya aku ke kamar mama.
Tok-tok-tok. Suara ketokan aku di pintu kamar mamaku. Mama
mebuka. "Ada apa sayang?" tanya mamaku heran. "Bukan-nya mama dan aku
harus masak bersama ya?" tanyaku, dengan bingung. "Oh.. Mama udah
beliin pizza, jadi nggak usah Jacy, oke sayang?" jawab mama lembut. "Oh, Oke Ma. Tapi lain kali kita bikin pizza ya, hehehe.." jawabku senang. Mama menganguk.
"Aku ngapain ya.." kataku, sehabis mama menutup pintu kamar-nya.
Aha! Aku dapat membangunkan Merry. Aku langsung ke kamar Merry. Aku
membuka pintu, dan mengoyang-goyang badan Merry. "Ah.. Kak.. ngapain.."
kata Merry dengan kantuk. "Ayo bangun Merry! Kita akan makan pizza lho!" kataku membujuk Merry untuk bangun. "Hah! PIZZA!!!"Kata Merry senang.
Yup, Merry sangat suka Pizza. Itu mengapa dia hyperactive* saat mendengar kata "pizza". Merry langsung mandi dan ganti baju.
* * *
Aku dan Merry sudah makan pizza itu. Pizza itu sangat enak. Oh ya, sekarang jam 3 siang. Aku bosen. Aku sangat NPK (Nggak Punya Kerjaan, okay?). Merry menonton kartun "SpongeBob SquarePants". Seru juga sih, bikin ketawa. Tetapi, masih. Aku masih bosen. Akhirnya, mamaku datang bersama papaku.
"Merry, kita pergi yuk!" ajak mama dengan lembut. "Mau pergi ke
mana?" tanya Merry. "Kejutan." kata papaku datar. Akhirnya Merry ikut.
"Mama, Aku ikut nggak?" tanyaku. "Oh, iya. Kamu ikut kok. " kata Mama
me-respon pertanyaanku. "Nanti berangkat jam 6 sore ya." kata papa.
Aku pun berpikir. "Lho, jangan-jangan, Merry mau dibawa ke Ahli Pengatas Fobia!" pikirku dalam hati. Aku pun mulai khawatir.
(Bersambung)
Oke, bagus nggak? Bag. 4 is coming soon!!!!!!!!!!!!!!!!!!
Mau tau lanjutan-nya? Follow this blog so never miss a post! Oh yeah, kalau suka, pencet hal positif dalam reaksi-nya ya!
Support me, by following me.
Sudah ya,
Xoxo, Orin
Ket :
Hyperactive* : Sangat semangat (bahasa Inggrisnya)
Ket :
Hyperactive* : Sangat semangat (bahasa Inggrisnya)
Tunggu lanjutannya ya, Friends!!
Rahasia Dito (Part 4-Tamat)
Rahasia
Dito (Part 4-Tamat)
“Itu adalah buku diary-ku. Akkuuuu
…,” kata Dito tersendat. Aku mendengarkan dengan prihatin. “Aku malu, kak!
Menurutku, diary itu hanya untuk anak perempuan. Makanya, aku
menyembunyikannya. Aku yakin, jika aku memberitahu kakak, kakak akan
mengolok-olokku. Aku khawatir aku akan diejek teman-temanku dan kakak. Aku
sudah memberi tahu mama papa untuk merahasiakan hal ini, Mama papa setuju,
namun berkata kakak akan tahu suatu harinya. Jadi, sebelum mamapapa memberi
tahu, aku harus memberitahu kamu!,” kata Dito.
Aku memeluknya. Aku merasa bersalah
telah memarahi dia dan selalu berpikir dia itu anaknya belagu, pemarah, dan gak
asyik. Namun, dia ternyata baik.
“Tak apa-apa. Kakak senang kamu
mengaku, terus ajukan bakat menulismu. Aku tak akan melihat diarymu. Sebaiknya,
kamu tidak seperti itu padaku, dan tak seperti itu pada semua temanmu … dan,
kenapa sikapmu berubah akhir akhir ini?,” tanyaku.
“Ya, aku merasa aku telah ….” Tiba
tiba omongan Dito terputus. Dia berkata melanjutkan … “Ya, aku merasa bersalah!
Aku tak pernah menjadi adik yang baik untukmu!,” kata Dito.
Aku memeluknya. Senang rasanya,
berbaikkan dengan Dito …Hore!! Akhirnya, Dito membuka rahasianya juga. Bagus tidak ceritanya??? Keren ya! Ini Karangan Jesslyn Alvina Saputra. Blognya ada di : storyofjesslynstory.blogspot.com/ Kunjungi ya!!
Rahasia Dito (Part 3)
Rahasia Dito (Part 3)
“Kesalahan kakak adalah … kakak tidak pernah menjadi
kakak yang baik untukku. Kakak terlalu memanjakanku. Kakak bukan kakak yang
baik untukku. Aku … membenci kakak.,” kata Dito menunduk. Aku menghela nafas.
“Baik, kakak akan meninggalkanmu. Tanpa tahu buku apa itu,” sahutku sambil
menahan tangisku.
Aku menyetop taxi untuk pergi ke asrama Korea
Dormitory. Disana diajari bahasa Korea. Aku terpaksa berbohong ke ibuku bahwa
aku ingin ke mall dengan temanku, padahal, aku
ingin mendaftarkan diriku ke Korea Dormitory. Aku meminta uang jajan
atau taxi 300 ribu, dan uang pendaftaran
dan keperluan penting lainnya 800 ribu. Aku diam2 mengangkat koperku ke
taxi. Lalu langsung membayar uang seharga 80 ribu. Sisanya untuk asrama atau
kalau pergi ke studi wisata, misalnya.
Aku telah berada didepan asrama mewah Korea Dormitory.
Aku masuk ke daerah pendaftaran. “Baik, nama anda Nadita Massyen Nadia, umur 13
tahun, dan disini 3 tahun 1 tahun, 125 ribu. 125 dikali 3 sama dengan 375 ribu.
Dikamar 124 kode 1234567890. Ini, kartunya untuk membuka pintu kamar dan
silakan datang ke Korean 1, disebeleh kanan sana,” kata ibu itu panjang lebar.
Aku membayar dan mengangguk.
Aku memasuki ruangan berpintu ungu dan bertulisan, Korean
One. Aku segera masuk ke ruang itu. “Stop it, childrens! We are have some new
student. Say, Anyeonghaseyo! (halo!) Oneul Joul gowo seumida(hari ini sangat
menyenangkan)!,” sahut seseorang berbaju ungu. Aku yang cukup mahir Korea
langsung berkata, “Anyeonghaseyo, pan gawoyo!(Halo, senang bertemu dengan
anda!), na Nadita Goeyo, shap ship hangoeyo! (Saya Nadia, umurku 13 tahun!),”
sapaku. “My name is Mrs. Linda Ha yeong, you can call me Linda.,” kata guru itu
yang kira kira usianya sama sepertiku. “You can sit with … Josephine Han Jihoon,
she is in there. She is in there …,” kata Linda sambil menujukan bangku
perempuan itu. Saat aku mau datang, tiba-tiba, pintu kelas terbuka.
“Dita!,” seru … Ayahku! “Maafkan ayah! Ayah seharusnya
tidak mengecewakanmu! Ayo, kita pulang!,” serunya. Aku menangis dan mengangguk.
Aku bersyukur, semua orang membuatku kecewa dan mereka tak menyayangiku. Namun,
papaku masih menyayangiku. Aku sangat bersyukur. SANGAT 3 KALI bersyukur. Aku
langsung berkemas dan mengikuti papa ke mobil.
Dirumah …
“Kakak,
aku ingin memberi tahu buku apa itu yang selalu aku sembunyikan.,” seru Dito.
Aku kaget. Dan sekaligus gembira.
Wah... Apa isi bukunya ya?? Pada penasaran ngga?? Ikuti terus lanjutannya ya! Bye!
Cerbung #2 = Adik-ku Fobia Laba-laba!?!? (Bag.2)
Adik-ku Fobia Laba-laba!?!?
Bagian : 2
Oleh : Orin
Singkatan Cerita Sebelumnya :
Jacy mempunyai adik bernama Merry yang
pemberani, dan sangat tidak takut terhadap hal-hal sadis. Sampai,
tiba-tiba, Merry takut terhadap laba-laba sehabis menonton "Animal
Planet". Merry yang takut melihat laba-laba, langsung menangis. Jacy
mencoba menenangkan Merry. Tetapi, Merry tidak dapat tenang. Sampai saat
makan malam (sekitar jam 6.00.) Merry menangis terus. Mama Jacy mencoba
menenangkan Merry, tetapi Merry tetap menangis sedih. Jacy pun
bingung.
Aku bingung, bagaimana Merry bisa takut
terhadap laba-laba sekarang? Dulu Merry biasa aja tuh. "Sudah Merry,
Sudah.." kata mamaku dengan lembut, mencoba menenangkan Merry. Merry
tidak dapat (atau sama sekali) berhenti menangis. "Merry, kenapa kamu
menonton tentang laba-laba sih?" tanyaku kepada Merry.
"Aku..hiks..hiks.. kan, ada PR IPA..hiks…hiks… Disuruh bikin laporan
tentang serangga.. hiks.. hiks.. aku memilih laba-laba.. dan aku
menonton Animal Planet, untuk mencari informasi.. tapi.. hiks..
hiks.. aku nggak tau ada video seperti itu! Hiks… hiks…" kata Merry
menjawab pertanyaanku.
Akhirnya Merry diajak makan oleh mama. "Merry nggak nafsu makan,
ma.." kata Merry saat di meja makan. "Merry, ayo. Sayurnya harus
dimakan." jawab mamaku. "Nggak ma! Merry nggak mau makan!" teriak Merry,
marah. *hehehe..
pake emoticon segala*. Aku dan Mama-ku kaget. "Nggak bisa sayang! Kamu
harus makan!" kata mama dengan tegas. Merry yang cuek, hanya diam saja.
Aku, sebagai kakaknya, harus melakukan sesuatu!
Terpaksa aku menyuapi Merry. Huh, Memalukan! Padahal Merry udah kelas
2! Aku kayak Mbak-nya aja deh..! Oh ya, Merry diam aja saat aku
menyuapinya. Nggak malu apa?!?
* * *
Malam sudah datang, waktunya tidur. Aku tidur dengan nyenyak. Sampai,
tiba-tiba, aku kebelet. Aku ingin ke kamar mandi di luar kamarku. Lalu,
aku mendengar percakapan antara Mama dan Papa sebelum ingin membuka
pintu. Aku pun langsung mengintip.
"Aduh, Papa, bagaimana Merry kita ini?" tanya mama khawatir. "Merry
sepertinya fobia* laba-laba, Ma. Sangat susah menangani seseorang
seperti itu." jawab papa, sedih. "Hah!?! Merry fobia laba-laba?!?" gumamku
dalam hati. Aku pun mulai khawatir. "Jadi kita harus membawa Merry ke
para Ahli Pengatas Fobia, Pa?" tanya mamaku kecewa. "Iya, kita harus
Ma." jawab papa. "Tapi biaya-nya mahal, Pa. Apakah benar-benar harus?"
tanya mamaku, mulai khawatir. "Iya Ma. Mau bagaimana-pun, dia harus ke
para Pengatas Fobia." jawab papaku, dengan muka sedih.
Aku yang mendengar conversation** itu mulai khawatir. Akhirnya
mama papa pergi ke kamar mereka. Aku dapat langsung ke kamar mandi. Aku
kaget banget, pokoknya. Aku mulai berpikir.
(Bersambung)
Nah, pada suka nggk sama Bag. 2 nya??? Kalau Bagus, Klik hal positif dalam "reaksi" nya ya!!! Oh ya, Bag. 3, Click Me!
Oh ya, Nih..
Ket :
Phobia* = Rasa takut terhadap sesuatu yang sangat besar, dan sangat susah ditangani.
Conversation** = B. Inggris-nya diskusi
Penasaran sama apa yang akan terjadi next? Follow blog ini dan tidak akan pernah miss a post!
Sudah ya,
Xoxo, Orin
Kalian suka dengan cerita itu?? Met Baca ya!! Blog Orin : sweetlightblue.blogspot.com
Bye!
Cerbung #1 = Adik-ku fobia laba-laba!?!?
Cerbung #1 = Adik-ku fobia laba-laba!?!?
Adik-ku Fobia Laba-Laba!?!?
Bagian : 1
Oleh : Orin
Namaku Jacy (dibaca-nya Jeysi). Aku mempunyai adik, namanya Merry
(dibacanya Meri). Merry itu, anak pemberani, dan paling suka doggie
alias anjing. Merry tidak mempunyai rasa takut, dan sangat pemberani.
Dia sampai berani melihat film-film sadis, sedangkan aku dan mama sangat
takut. Merry seperti tidak mempunyai rasa takut, sampai hari itu
datang.
"Merry!" teriaku, memanggil Marry. But, no answer. Aku marah.
Aku langsung lari menuju kamar Merry. Kulihat Marry sedang menangis
sedih. "Merry, kenapa?" tanyaku heran. "KAK! TAKUT…!" teriak Merry
sedih, sambil menangis.
Aku kaget. "Takut? Merry perasaan nggak pernah takut terhadap apa-apa deh.. *kecuali Tuhan, pasti semua orang takut dong." gumamku
dalam hati. "Ya ampun Merry, kamu kenapa menangis sih? kamu kan,
pemberani." kataku, mencoba menenangkan Merry. "Tapi Kak,.. hiks..
hiks.. tadi lalat yang dimakan laba-laba.. hiks.. hiks.. seram!" kata
Merry sambil menangis sedih. Oh…, ternyata Merry sedang menonton "Animal Planet" (sebuah channnel/ progam TV tentang binatang.)
Aku langsung mematikan TV. Merry pun masih menangis. "Aku takut
sekali sama laba-laba tadi, kak.. hiks..hiks.." kata Merry sambil
menangis. "Kamu biasanya tidak seperti ini, Merry. Kamu kan pemberani."
kataku, mencoba menenangkan Merry. Merry cuek. Merry don't care. "Merry takut! Merry takut! hiks.." kata Merry, menjawab. Merry langsung lari, dan pergi dari kamarnya. "Aneh.." kataku, dalam hati.
* * *
"Merry! Jacy! Makan!" teriak mamaku, memanggil aku dan Merry. Aku
langsung meletakan majalah yang aku baca. Aku langsung ke meja makan.
"Jacy, tolong panggilin Merry. Merry tak kunjung datang." kata Mamaku.
Aku menganguk, dan langsung berlari ke kamar Merry. Saat kubuka pintu,
Merry terlihat menangis. "Merry, kenapa lagi?" tanyaku. "KAK! AKU NGGAK
BISA STOP MENONTON TENTANG LABA-LABA KAK!" teriak Merry, sambil
menangis.
Aku kaget. "Kenapa Merry? Kenapa? Kenapa nggak nonton kartun aja?"
kataku kaget. Merry hanya menangis sedih, dan minta dipeluk. Mama yang
mendengar teriakan Merry langsung ke Kamar Merry. "Jacy, ada apa dengan
Merry?" tanya mama heran. "Aku juga tidak tau ma. Dia kayak gini sejak
tadi siang." jawabku. Merry menangis terus. Mama mencoba menenangkan,
tetapi gagal. Aku bingung.
(Bersambung)
Bagus nggak? Maaf kalau ada yang kayak, B.Inggris, dan kayak, sotoy..
(maksudku Sok Inggris).. Aku cuma suka B. Inggris, gitu doang lah..
Oh ya, Ingin tau lanjutannya? Click Me!
Kritik dan Saran? nih : enchantedberrysailor@gmail.com
Sudah ya,
Xoxo, Orin
Nah... Itu dia, karangan teman kita, Orin! Selamat Membaca!
Selasa, 24 Desember 2013
Ketika Dia Masih Disini
Ini cerpen keduaku. Gaya bahasanya aku buat agak novel gitu. Jadi dimaklumi saja kalo ada
bahasa yang Gaje. Ini cerbung spesial menyambut Tahun baru sama Natal, plus long holiday. Selamat membaca!
***
Aku mengusap air mataku yang terus mengalir dengan kerudung hitamku. Kenapa dia harus pergi secepat ini? Kenapa kau tidak biarkan dia menikmati hidupnya terlebih dahulu, Tuhan?
Hari ini, hari dimana saudara kembarku beristirahat dengan tenang tanpa harus merasakan sakitnya penyakit itu lagi. Sedih sekaligus lega. Dua kata yang ada dibenakku. Sedih karena kehilangan saudara bahkan sahabat terbaikku. Dan lega tidak harus melihatnya tersenyum di balik rasa sakitnya menahan penyakitnya itu.
Aku melangkah keluar dari tempat pemakaman bersama Mom, Dad, dan Kak Lisha. Serasa ada yang kurang dari kami berempat. Seharusnya disamping kami ada Anjani yang akan selalu menghibur kami ketika berkunjung ke pemakaman ini untuk mengunjungi Kakek. Tapi sekarang? Dia sudah pergi, dan tidak akan kembali.
Aku akan ceritakan kepadamu sebuah kenangan kami ketika Anjani masih disini, bersama kami.
***
Ketika dia masih disini, seharusnya ketika hujan lebat seperti ini, ia akan menyiapkan teh hangat untuk kami sekeluarga. Bahkan ketika ia sudah terserang penyakit itu, ia masih melakukan kegiatan lamanya itu.
Ketika dia masih disini, disaat waktu santai seperti ini ia pasti selalu ada dikamarnya untuk membaca beberapa buku kesukaannya. Bahkan ketika matanya sudah membengkak seperti bola tenis.
Ketika dia masih disini, saat Mom dan Dad libur dari pekerjaannya, biasanya kami sekeluarga akan kumpul berlima dan mengadakan satu permainan seru. Bahkan ketika ia sudah tidak mampu berbicara lagi.
Ketika dia masih disini, waktu liburan seperti ini, Dad pasti akan mengajak kami bertiga (aku, Anjani dan Kak Lisha) bermain basket. Bahkan ketika ia sudah tidak mampu berjalan.
Ketika dia masih disini, saat-saat menjelang ujian sekolah, ia akan selalu siap membantuku untuk belajar. Bahkan ketika ia sudah tidak mampu menulis lagi untuk mengajariku rumus matematika.
Ketika dia masih disini, ulang tahun kami berdua akan dirayakan bersama. Bahkan ketika ia harus duduk dikursi roda sampai acara berakhir.
Ketika dia masih disini, setiap film seru pasti tidak akan pernah kami lewatkan. Bahkan ketika ia harus terbaring di rumah sakit.
Ketika dia masih disini, setiap hari Valentine, kami akan bertukar coklat. Bahkan ketika ia tidak bisa menggerak kan tangannya untuk memberiku coklat.
Ketika dia masih disini, setiap malam minggu, kami sekeluarga akan makan bersama di meja makan. Bahkan ketika ia sudah tidak bisa mencerna makanan nya lagi.
Ketika dia masih disini, setiap tahun baru, kami akan mengadakan ritual menghidupkan kembang api. Bahkan ketika ia sudah tidak bisa berteriak untuk mengatakan ia senang dengan apa yang kami lakukan.
***
Anjani memang sudah tidak bersama kami. Tapi kenangan tentang nya akan tetap hadir di hati kami sampai kapan pun.
Tertanda: Rinjani Deandra Wardana (Rinjani) bersama Anjani Deninda Wardana (Anjani)
Happy Reading guys!
Bubay!!
Karya Agni, blognya : palominaagni.blogspot.com
Bagus ngga, ceritanya ?
Minggu, 15 Desember 2013
Berlibur ke Sebuah tempat
Berlibur ke sebuah tempat
Hari ini adalah hari menjelang natal.pasti sekolah,kantor akan di liburkan tetapi aku bingung aku ingin berlibur kemana .yang pasti aku akan pergi ke suatu tempat .karena banyak sekali obyek wisata seperti :ancol,snowbay dan lain lain .aku ingin liburan ini aku bahagia .walaupun berlibur ke suatu tempat yang tidak aku sukai aku akan barusaha untuk bahagia .aku senang sekali karena bukan hanya libur natal aku juga libur sekolah yaitu libur semester.jadi aku harapkan di liburan yang lama ini aku mendapatkan pengalaman dalam hidupku
Rahasia Dito ( Part 2)
Rahasia Dito (Part 2)
Aku kaget. Bagaimana bisa Dito mengatakan hal itu padaku? Apakah yang harus kupilih? Lebih baik, aku tak perlu memilih dulu, akan ku cari tahu sendiri.
Hari ini masih libur. Hari ini 17 Agustus. Karena hari ini Minggu, aku dan sekolahku akan upacara besok pagi. Dito masih tidur sekarang. Aku berencana menanyakan itu pada Dito.
Siangnya, Dito sedang menulis sesuatu di bukunya. Aku melihatnya sambil menahan marah atas tindakkan adikku kemarin yang tidak sopan. Namun, aku bisa mengerti dia pasti memiliki masalah. Jadi aku tidak ingin mengganggunya.
Sorenya, aku menanyakan hal itu pada Dito. Aku mengajak Dito ke kamar. “Dito, apa kabarmu?,” tanyaku tanpa amarah. “ehm, sudah tahu, baik!,” kata Dito. “Jelaskan, kenapa kamu kemarin tidak sopan pada kakak,” ucapanku meninggi. Dito terdiam. “Maaf, kak, aku kemarin merasa kesal.,”kata Dito menunduk, “lalu mengapa kamu menulis disebuah kertas kecil bahwa kamu membenciku hanya karena aku sering menasihatimu?” amarahku mulai mereda. “Karena itu kenyataannya,” kata Dito jujur. “Baik, kakak senang kamu jujur. Sekarang kenapa kamu menyembunyikan buku itu?!” aku sedikit senang atas kejujuran adikku. “Karena, aku tak ingin kamu tahu.,” kata Dito lalu berlalu. Aku meratapi kepergian Dito.
“Nadito Massy Nadoun alian Dito dan Nadita Massyen Nadia alias Dita, ayo makan! Mama membelikan ayam panggang.,” teriak mama sambil menata ayamgoreng di meja makan.
Dito dan aku tidak turun. Aku hanya termenung dikamarku dan Dito duduk lemas di balkon.
Mama bingung, kenapa kami berdua tak turun turun? Lalu, mama menuju ruang tidurku dan mengatakan, “Ada apa, Dita? Seharusnya kamu ke bawah dan makan bersama kami, dibawah.,”” kata mama dengan nada polos. Ucapan itu membuatku tersinggung. Ucapan mama. “Ma, aku tak mau makan! Aku tersinggung dan tak berselera!” elakku. Mama hanya pasrah dengan tingkah laku putrinya itu.
Malamnya, “Kak, Dito sebal pada kakak …,” kata Dito sambil membantu aku merapikan meja belajar kami. “APA? Apa kesalahanku???,” aku ‘stress’. “Aku selalu dinasihati dan dimintai untuk memberi tahu bukuku. Aku takkan pernah memberitahunnya!,” kata Dito dengan nada marah. Aku berkata, “Dito! Apa kesalahan kakak?,” tanyaku … “kesalahan kakak adalah …”
(Bersambung)
Rahasia Dito (Part 1)
Rahasia
Dito (Part 1)
Aku
lelah hari ini. Aku ulangan Bahasa Indonesia, dan matematika atau mati-mati
akal. Aku disuruh menghafalkan dialog drama dengan lancar karena aku menjadi
peran utama.
Fiuhh …
Saat
aku makan siang, aku melihat adikku yang imut yang sudah kelas 3 SD bernama
Nadito Massy Nadoun. DIa mengendap-endap ke kaamarnya sambil memegang buku
berwarna orange dan bergambar 2 orang kartun. Aku curiga pada Dito, apakah
dia membaca majalah remaja? Seharusnya
yang membaca majalah remaja itu aku, karena aku sudah remaja. Tapi, tidak
mungkin. Di sekitar sekolah tidak ada tempat untuk membeli majalah atau Koran,
hanya ada kantin … Buku apa sih, itu?
Aku
yang sudah menghabiskan makanan segera menuju kamar Dito. Aku melihat dia
sedang menulis di buku itu. “DITO!,” kataku marah. Dito kaget. Dia
menyembunyikan bukunya di kolong tempat tidurnya. “Dito!! Apa yang kamu
sembunyikan?! Apakah itu buku perpustakaan? Kalau ya, kenapa dicoret-coret!
Pakai pulpen pula! Sini, aku lihat buku apa itu!,” kataku sangat marah. Ya,
sangat marah.
Dito hanya terdiam dan tiba-tiba
air mata keluar dari matanya. Aku merasa bersalah. Aku pun meninggalkan kamar
dengan perasaan bingung dan marah. Semua bercampur aduk…
Besoknya,
adalah Sabtu. Aku libur karena ruangan kelasku, 7A, akan direnovasi. Sedangkan,
Dito sekolah. Saat Dito sudah sekolah, aku mencari-cari buku Dito dikamarnya. Tidak
ada. Ahhh? Berarti buku itu dibawa Dito, donk? Namun, yang kutemukan hanyalah
sebuah kertas bertulisan:
“Dito
Halo,
namaku Dito. Aku adalah anak yang kurang disayangi kakakku tapi aku disayangi
ibuku dan ayahku. Aku tidak disayangi kakakku. Dia sering menasihatiku walau
aku tahu maksudnya baik. Saat aku mencuri uang Asden Rp20.000, aku di omeli
habis-habisan oleh kakakku. Saat amu membohongi kakak untuk belajar dirumah
Tino padahal aku menonton film komedy aku dijewer dan berkata, “Kamu
keterlaluan, apa masih tidak cukup untuk mencuri, hah? … Itu membuatku membenci
kakakku.
Dito,
orang paling sedih didunia”
Tentu
aku marah besar! Aku menyayangi dia! Aku memarahi dia karena aku tidak mau
berbuat jahat! Aku SANGAT menyayangi dia! Bagaimana bisa?! Aku sangat sedih.
Tak terasa air mataku jatuh ke pipiku. Aku sedih! Aku menyayangi dia namun dia
membenciku hanya karena aku sering menasihatinya.
Tiba-tiba,
terdengar suara pintu rumah terbuka … Dito masuk ke ruang makan. Aku keluar
dari kamar Dito. Aku bergabung di ruang makan. “Dito, nanti datang ke kamar
kakak. Ada yang kakak ingin bicarakan denganmu …,” kataku. Dito hanya terlihat
mengangguk. Aku langsung menghabiskan makananku dan mengajak Dito ke kamarku.
“Jujurlah,
apa kamu membenciku? Apa kau membenciku kar’na aku sering menasihatimu?
Jelaskan, dan jawab yang jujur!,” kataku dengan nada tinggi.
Dito
menggeleng. Kemudian, dia menunjukan bukunya. Aku melihatnya. Ada 2 gambar
kartun dan tulisan nama DITO besar didepan sampulnya. Aku berusaha
mengambilnya, namun, Dito sangat kuat sehingga aku tidak bisa mengambilnya.
“Ditoooo!! Berikan padaku. Apa itu? Sebaiknya kamu beritahu aku, apa itu. Aku
bisa membantumu, tanpa menasihatimu!,” kataku marah.
“Kakak
mau aku memberitahu aku membencimu atau tidak atau mau melihat buku ini?!,”
kata Dito dengan suara tinggi.
Aku
sangat kaget. Sebenarnya apa buku itu? Mengapa sikap Dito menjadi pendiam
kar’na buku itu?
(bersambung)
The Lover vs The Smarter (Part 1)
The
Lover Vs The Smarter (part 1)
Ada
2 geng yang berbeda sifat pengikutnya. Nama gengnya siapa lagi selain The Lover
dan The Smarter! Geng The Lover adalah kumpulan anak-anak yang sombong dan sok
ngetren dan sok menawan. Sedangkan The Smarter, si Kelompok Belajar yang
anaknya baik-baik dan pintar-pintar. Beda buanget kan, kedua geng itu? Oh iya,
kelompok The Lover adalah Chantika alias Tika, Borend Houst Rania, alias Rania,
dan Kinata Hanbudi, alias Kinata. Kalau The Smarter, Hillary Katty Zahra, alias
Katty, Gina Aurelia, alias Nana, dan Fifi Kurtia Zani, alias Fifi.
Suatu
hari, The Smarter sedang berangkat sekolah bersama-sama. Memang begitu
kebiasaan mereka, biasanya yang pertama menjemput itu Katty, lalu Katty
menjemput Fifi, dan Katty dan Fifi menjemput Nana. Lalu mereka berangkat
sekolah bersama-sama.
Sampai
di sekolah, Fifi sesuai aturan Pak Joni, duduk sebangku dengan Handiana, anak
pendiam. Katty duduk sebangku dengan Husin, anak cerewet. Dan Nana duduk dengan
Kiki, si anak bandel yang selalu rangking terakhir.
Tiba-tiba,
The Smarter melihat keramaian. Kalau dipikir-pikir, itu meja … Rania dan Tika!
Rania dan Tika memang sebangku. Katty, Fifi dan Nana menghampiri kerumunan di
meja tersebut. Mereka melihat Rania dan Tika dan Kinata memamerkan apaaa gitu.
The Smarter segera menghampiri meja itu. “Nih, pakaian dress aku dari Jerman, pulpen aku dari Malaysia, terus sama diary gambar pelangi bagus ini dari Amerika … Pasti kalian gak punya, “ sombong Rania. Tika dan Kinata juga menyombongkan kekayaan mereka. “Hei, The Lover, jangan begitu! Masih banyak kok anak di kelas ini yang punya barang kayak kamu! Kayaknya yang OKB itu kamu deh, bukan aku, aku itu OKL, alias Orang Kaya Lama!,” Fifi syok. Fifi memang anak orang kaya. “Tuuullll ….,” koor anak – anak kelas 4B itu. The Lover hanya menampilkan muka sombongnya. Wueeekkkhhh !!!
“Bu
Nia, tadi aku lihat geng The Smarter mengambil uang kami bu!” tuduh The Lover.
Aihh!!! Parah deh, nasib The Smarter! Sedangkan, The Lover hanya memandang
sinis The Smarter.
(Bersambung)
Bagaimana cerita selanjutnya ya?? Simak terus yuk! Itu dia, cerita bersambung karya teman kita, Jesslyn Alvina Saputra. Jangan lupa kunjungi blognya ya.. Di storyofjesslynstory.blogspot.com . Bye Friends! Tunggu cerita selanjutnya ya!!
Jumat, 13 Desember 2013
Mengenai Kumpulan Cerpen Seru Karya Teman-teman Menia
Hai! Disini, kalian bisa menampilkan cerita pendek karangan kalian ke aku alias Menia. Tapi, ngga boleh plagiat ya! No way! Hahaha! Ngirimnya ke email aku : gittacarmenia@gmail.com. Aku tunggu, cerpen karya kalian!
Langganan:
Postingan (Atom)