"Good Morning Mommy!!" sapa Anya baru bangun tidur.
"Morning juga, darling...." jawab Mommy.
"Hai Anya!" sapa Sisterku, Mia dari ruang makan.
"Hai, Sister! Hari ini menu makannya apa?"aku bertanya pada Mia
"Ada udang mayonnaise, salmon sashimi, dannn... es krim rasa kesukaan mu, Cookies & Cream!!
"Asyik!!! " Akupun segera menuju ruang makan, makan bersama daddy,
Mia, Uncle Ronald, dan Aunt Grace. Mommy ku sudah selesai makan.
Namaku Ellenia Anya Fastonia. Aku keponakan dari Uncle Ronald yang
merupakan pemimpin Starkly City. Ya, Uncle Ronald adalah King dari
kerajaan Starkly City. Mia adalah anak dari Uncle Ronald dan Aunt Grace.
Mia merupakan saudara sepupuku. Dia lebih tua dariku 5 tahun. Sudah
dulu ya, perkenalannya, Back to the story...
"Anya, jogging yuk... " ajak Mia
"Ok!" Aku dan Mia pun segera berganti baju dan jogging....
Satu tahun kemudian.....
"Argh... Kita Dobrak saja pintunya!" kata salah satu warga Darklyto City.
"Anak-anak! Segera berganti baju warna hitam dan segeralah menuju benteng!" seru Aunt Grace.
"Baik!"
Istana Kerajaan Starkly City kini sedang berusaha di dobrak oleh negara tetangga kami, Darklyto City.
"Eits.. Anak-anak.. Kalian mau kemana??" Ucap salah satu warga Darklyto City
"ehh.. a.."ucapku tergagap-gagap. Aku dan Mia pun segera dibawa
pergi oleh orang itu ke ruang aula kerajaan, entah untuk apa.
Sampai di aula, kami menyaksikan saat kami ditindak sebagai
sandera, Mommy, daddy, Uncle Ronald dan Aunt Grace dimasukan dan
digiring ke dalam perahu para warga. Aku dan Mia pun di bawa ke salah
satu perahu, dipisah dari keempat orang tua. Kami sampai di Darklyto
City. Kami digiring kembali ke Istana Kerajaan Darklyto City dan bertemu
dengan King Darkto. Di aula istana, kami di adili. Akhirnya, ini hasil
keputusan :
Kumpulan Cerpen Seru Karya Teman-teman Menia
Rabu, 25 Desember 2013
Kakak Kelas Misterius
Dancy menendang batu kerikil di
depannya. Wajahnya ditekuk. Tidak ada senyum sama sekali diwajahnya. Ia
mengingat perkataan Mrs.Lisha di kelas tadi.
"anak-anak, nanti malam akan diadakan acara kemandiriaan. Semua anak kelas 6 diwajibkan mengikuti acara ini"
Acara kemandirian adalah acara yang mewajibkan semua murid-murid nya melatih kemandiriaannya. Mulai dari melakukan apa-apa sendiri, sampai melatih keberanian. Dancy adalah salah satu anak dari beberapa anak yang tidak menyukai acara tersebut. Apalagi banyak orang yang mengatakan, sekolah Dancy termasuk angker dan menyeramkan.
"Dancy, aku duluan ya" kata Gladys. "jangan lupa nanti malem ya!"
"iya, iya siap deh" kata Dancy tersenyum masam. Sebenarnya ia enggan mengikuti acara ini.
***
Malam telah tiba. Belum apa-apa keringat dingin Dancy sudah keluar. Disinilah ia, berdiri di depan ruang kelas yang dijadikan kamar. Ia memegang erat tas ransel nya. Hawa tidak enak sudah menyelimuti ruang kamar ini. Bulu kuduk Dancy dibuat berdiri karenanya.
"hei, akhirnya kamu datang juga" seru Gladys menghampiri Dancy. "kukira kau tidak bakal datang karena takut"
"memang aku se-penakut itu apa?" kata Dancy tersinggung.
"iya, iya. Jangan marah dong" kata Gladys tertawa geli melihat ekspresi Dancy.
"apakah aku satu kamar denganmu?" tanya Dancy bingung.
"tentu saja! Kamu bisa taruh tas mu disitu. Dan kau tidur disampingku" terang Gladys. "sebentar ya, aku keluar dulu" lanjutnya kemudian berlari ke luar.
Sekarang tinggal Dancy yang ditinggal sendirian di kamar. Semua teman-temannya sedang tidak ada di kamar.
Tunggu... Dancy meralat ucapannya. Ada satu orang perempuan di pojok ruangan. Ia sedang duduk di kasur lipatnya yang lusuh. Ia juga sibuk membaca buku yang terlihat tebal. Dancy memperhatikan dengan seksama perempuan itu. Merasa diperhatikan, perempuan itu menoleh kearah Dancy. Terlihat wajahnya yang dingin dan pucat. Tatapan matanya sangat dingin menatap Dancy. Entah kenapa, Dancy merasa hawa kamar semakin tidak beres setelah ia melihat perempuan itu. Dancy lalu berlari keluar kamar menemui Gladys.
"kamu kenapa, Dan?" tanya Gladys heran. "kayak habis liat setan?"
"aku itu emang habis liat setan, Dys!" kata Dancy masih ngos-ngosan. "ikut aku, aku liatin deh biar kamu percaya"
Dua gadis itu berjalan kearah kemar mereka berdua. Dancy menunjukkan dimana dia melihat perempuan itu. Tapi, tidak ada apapun disitu. Perempuan itu menghilang entah kemana.
"halusinasi kamua aja deh, Dan" kata Gladys menatap sahabatnya. "udah ah, aku mau keluar lagi aja"
Setelah Gladys keluar, Dancy kembali sendirian. Ia mencoba menenangkan pikirannya agar tidak berhalusinasi lagi. Tapi ia yakin, tadi perempuan itu benar-benar ada.
"maaf ya tadi aku nakutin kamu" bisik sebuah suara. Dancy menoleh untuk melihat orang yang membisikannya.
"Aaaaaaa!!" teriak Dancy kaget. Perempuan itu lagi!
"aku bukan setan kok. Tenang aja" ucap perempuan itu santai. "oh iya, nama kamu siapa?"
"aku Dancy" katanya memperkenalkan namanya. "kamu?"
"Nora" kata perempuan yang bernama Nora itu. "ikut acara kemandirian juga ya?"
"Iya, kamu juga ya?" tanya Dancy. "oh iya, kamu kelas berapa? Kok aku belum pernah liat kamu?"
"aku kelas 9. Aku tau kamu kelas 7 kok" kata Kak Nora tersenyum manis.
"wahh, kakak kelas ya? Pasti udah mau lulus" ujar Dancy.
"tidak! Aku tidak akan pernah lulus dari sekolah ini! Asal kamu tau saja" kata Kak Nora tiba-tiba berubah menjadi galak. Ia menjadi sangat dingin terhadap Dancy.
"i...iy...iya, maaf" kata Dancy lumayan takut.
Tak lama kemudian teman-teman termasuk Gladys masuk kedalam kamar. Seketika itu juga Kak Nora hilang entah kemana. Dancy tidak memperdulikannya. Yang penting sekarang ia tidak sendirian lagi.
***
Setelah tiga hari melewati acara kemandirian, semua murid dipersilahkan pulang. Begitupula dengan Dancy. Ia sudah tidak sabar kembali kerumahnya. Tidak sabar juga bermain dengan Kitty, kucing persia peliharaannya.
Dancy keluar gerbang diikuti oleh beberapa anak lainnya yang juga sudah dijemput orang tua nya. Dancy sedang menunggu Kak Nora. Kok dia gak keliatan ya?
Sampai akhirnya sekolah sepi dan gerbang hampir ditutup, Kak Nora tidak kelihatan juga.
"Mang Asep, jangan ditutup dulu dong gerbangnya" kata Dancy mencegah Mang Asep menutup pintu gerbang.
"lho? Emang kenapa atuh Neng? Ini kan sudah siang" kata mang Asep bingung.
"itu lho, Kak Nora. Anak kelas 9 belum keluar juga. Padahal kan aku pengen ngobrol sama dia" jelas Dancy. "masa Mang Asep gak kenal sih? Padahal Mang Asep udah kerja disini 20 tahun"
"Nora?!" kata Mang Asep kaget.
"aduh gimana ya Neng? Soalnya Nora itu udah..." ucapan Mang Asep terputus saat melihat Nora melambaikan tangannya dengan senyum sinis nya.
"anak-anak, nanti malam akan diadakan acara kemandiriaan. Semua anak kelas 6 diwajibkan mengikuti acara ini"
Acara kemandirian adalah acara yang mewajibkan semua murid-murid nya melatih kemandiriaannya. Mulai dari melakukan apa-apa sendiri, sampai melatih keberanian. Dancy adalah salah satu anak dari beberapa anak yang tidak menyukai acara tersebut. Apalagi banyak orang yang mengatakan, sekolah Dancy termasuk angker dan menyeramkan.
"Dancy, aku duluan ya" kata Gladys. "jangan lupa nanti malem ya!"
"iya, iya siap deh" kata Dancy tersenyum masam. Sebenarnya ia enggan mengikuti acara ini.
***
Malam telah tiba. Belum apa-apa keringat dingin Dancy sudah keluar. Disinilah ia, berdiri di depan ruang kelas yang dijadikan kamar. Ia memegang erat tas ransel nya. Hawa tidak enak sudah menyelimuti ruang kamar ini. Bulu kuduk Dancy dibuat berdiri karenanya.
"hei, akhirnya kamu datang juga" seru Gladys menghampiri Dancy. "kukira kau tidak bakal datang karena takut"
"memang aku se-penakut itu apa?" kata Dancy tersinggung.
"iya, iya. Jangan marah dong" kata Gladys tertawa geli melihat ekspresi Dancy.
"apakah aku satu kamar denganmu?" tanya Dancy bingung.
"tentu saja! Kamu bisa taruh tas mu disitu. Dan kau tidur disampingku" terang Gladys. "sebentar ya, aku keluar dulu" lanjutnya kemudian berlari ke luar.
Sekarang tinggal Dancy yang ditinggal sendirian di kamar. Semua teman-temannya sedang tidak ada di kamar.
Tunggu... Dancy meralat ucapannya. Ada satu orang perempuan di pojok ruangan. Ia sedang duduk di kasur lipatnya yang lusuh. Ia juga sibuk membaca buku yang terlihat tebal. Dancy memperhatikan dengan seksama perempuan itu. Merasa diperhatikan, perempuan itu menoleh kearah Dancy. Terlihat wajahnya yang dingin dan pucat. Tatapan matanya sangat dingin menatap Dancy. Entah kenapa, Dancy merasa hawa kamar semakin tidak beres setelah ia melihat perempuan itu. Dancy lalu berlari keluar kamar menemui Gladys.
"kamu kenapa, Dan?" tanya Gladys heran. "kayak habis liat setan?"
"aku itu emang habis liat setan, Dys!" kata Dancy masih ngos-ngosan. "ikut aku, aku liatin deh biar kamu percaya"
Dua gadis itu berjalan kearah kemar mereka berdua. Dancy menunjukkan dimana dia melihat perempuan itu. Tapi, tidak ada apapun disitu. Perempuan itu menghilang entah kemana.
"halusinasi kamua aja deh, Dan" kata Gladys menatap sahabatnya. "udah ah, aku mau keluar lagi aja"
Setelah Gladys keluar, Dancy kembali sendirian. Ia mencoba menenangkan pikirannya agar tidak berhalusinasi lagi. Tapi ia yakin, tadi perempuan itu benar-benar ada.
"maaf ya tadi aku nakutin kamu" bisik sebuah suara. Dancy menoleh untuk melihat orang yang membisikannya.
"Aaaaaaa!!" teriak Dancy kaget. Perempuan itu lagi!
"aku bukan setan kok. Tenang aja" ucap perempuan itu santai. "oh iya, nama kamu siapa?"
"aku Dancy" katanya memperkenalkan namanya. "kamu?"
"Nora" kata perempuan yang bernama Nora itu. "ikut acara kemandirian juga ya?"
"Iya, kamu juga ya?" tanya Dancy. "oh iya, kamu kelas berapa? Kok aku belum pernah liat kamu?"
"aku kelas 9. Aku tau kamu kelas 7 kok" kata Kak Nora tersenyum manis.
"wahh, kakak kelas ya? Pasti udah mau lulus" ujar Dancy.
"tidak! Aku tidak akan pernah lulus dari sekolah ini! Asal kamu tau saja" kata Kak Nora tiba-tiba berubah menjadi galak. Ia menjadi sangat dingin terhadap Dancy.
"i...iy...iya, maaf" kata Dancy lumayan takut.
Tak lama kemudian teman-teman termasuk Gladys masuk kedalam kamar. Seketika itu juga Kak Nora hilang entah kemana. Dancy tidak memperdulikannya. Yang penting sekarang ia tidak sendirian lagi.
***
Setelah tiga hari melewati acara kemandirian, semua murid dipersilahkan pulang. Begitupula dengan Dancy. Ia sudah tidak sabar kembali kerumahnya. Tidak sabar juga bermain dengan Kitty, kucing persia peliharaannya.
Dancy keluar gerbang diikuti oleh beberapa anak lainnya yang juga sudah dijemput orang tua nya. Dancy sedang menunggu Kak Nora. Kok dia gak keliatan ya?
Sampai akhirnya sekolah sepi dan gerbang hampir ditutup, Kak Nora tidak kelihatan juga.
"Mang Asep, jangan ditutup dulu dong gerbangnya" kata Dancy mencegah Mang Asep menutup pintu gerbang.
"lho? Emang kenapa atuh Neng? Ini kan sudah siang" kata mang Asep bingung.
"itu lho, Kak Nora. Anak kelas 9 belum keluar juga. Padahal kan aku pengen ngobrol sama dia" jelas Dancy. "masa Mang Asep gak kenal sih? Padahal Mang Asep udah kerja disini 20 tahun"
"Nora?!" kata Mang Asep kaget.
"aduh gimana ya Neng? Soalnya Nora itu udah..." ucapan Mang Asep terputus saat melihat Nora melambaikan tangannya dengan senyum sinis nya.
Sweet Candy
"Anak penjual permen, anak penjual permen!" begitulah ejekan yang setiap hari diterima oleh Icha.
Icha memang anak penjual permen. Tapi bukan penjual permen yang biasa-biasa lho. Orang tua nya punya pabrik permen yang terkenal sampai luar negeri. Tak hanya itu, orang tuanya membuat kios permen kecil-kecil-an dipinggir jalan agar orang yang belum tau merk permen keluarga Icha, jadi tau dan langsung beli lagi deh! Salah satu penjual permen itu adalah Mang Dwi. Mang Dwi itu deket banget sama Icha. Gara-gara Icha mampir di kios Mang Dwi sambil nunggu jemputan, jadi dikira Nancy anak tersombong di sekolah, Icha itu cuma anak penjual permen yang miskin.
****
Pagi ini Icha bangun pagi. Ia langsung mandi dan mengenakan seragamnya. Lalu ia turun untuk sarapan bersama keluarganya. Sepiring sandwich daging dan segelas susu menjadi menu sarapan Icha pagi ini.
Setelah itu Icha masuk mobil untuk berangkat ke sekolah. Gerbang sekolah ditutup lima belas menit lagi. Masih ada waktu buat Icha mengecek PR yang tadi malam ia kerjakan. Dengan semangat, ia masuk ke dalam kelas. Di kelas, sudah ada Nancy dan geng nya. Mereka melirik Icha dengan tatapan sinis.
"Heh anak penjual permen! Gaya banget sih, sok cuek sama kita-kita" seru Nancy sebal melihat kelakuan Icha.
"so? Jadi aku harus nyembah-nyembah ratu bully kayak kalian, gitu?" sahut Icha santai.
"Halah, palingan kamu juga dapet beasiswa buat sekolah disini" ejek Nancy. "Mana mungkin anak penjual permen yang miskin bisa sekolah disekolah ini"
"terserah kalian deh. Emangnya aku pikirin gitu??" ucap Icha cuek. Ia kemudian menaruh tas nya di bangku tempat biasa ia duduk.
***
Pulang sekolah, Icha langsung dijemput oleh mobil milik keluarganya. Tidak ada yang tau bahwa mobil itu adalah mobil milik keluarga Icha. Karena satu sekolah tau, bahwa Icha hanya seorang anak penjual permen miskin.
"Nancy, itu bukannya anak penjual permen itu ya?" kata Mira salah satu teman Nancy saat melihat Icha masuk kedalam mobil. "ngapain dia masuk ke dalem mobil bagus itu?"
"iya, ya. Ngapain coba?" kata Nancy heran. "kita ikutin yuk"
Kemudian Nancy dan geng nya masuk kedalam mobil jemputan Nancy. Mereka mengikuti mobil Icha yang hendak mengantarkan Icha pulang ke rumah.
Setelah mobil jemputan Icha berhenti di depan rumah Icha yang mewah, Nancy dan geng nya turun dari mobil. Mereka masih heran, rumah siapa yang Icha masuki.
"mbak-mbak ini temennya non Icha ya? Ayo tho, masuk aja. Ndak usah malu-malu" kata salah satu pembantu rumah Icha dengan logat jawa yang kental.
"Eh, gak usah mbak, kita cuma mau..." belum sempat Nancy menyelesaikan ucapannya, pembantu itu sudah mengantarkan Nancy dan geng nya masuk kedalam rumah.
"wah rumahnya bagus ya" kata Mira melihat sekeliling rumah.
"iya, masa si Icha punya rumah sebagus ini sih?" Nancy masih keheranan. Antara percaya dan tidak percaya.
Tak lama kemudian, Icha keluar dari kamarnya.
"lho kalian?!" sahutnya kaget. "kok gak bilang dulu kalo mau main kesini?"
"eh..eh" Nancy gelagapan sendiri.
"kaget ya?" tanya Icha. Tepat sasaran, wajah Nancy langsung memerah.
"sebetulnya sih iya, Cha" kata Nancy malu. "gak nyangka, ternyata kamu bukan anak penjual permen"
"aku emang anak penjual permen kok!" kata Icha tersenyum. "tapi yang kemarin itu pegawai ayahku. Ayahku punya pabrik permen. Salah satu cara untuk membuat orang-orang tau produk permen keluargaku ya dengan cara berjualan di kios-kios kayak gitu"
"ehm maafkan aku ya, Cha" kata Nancy mengulurkan tangannya, diikuti teman-temannya yang lain.
"gak papa kok" Icha menyambut uluran tangan Nancy dan yang lain. "makan permen yuk! Aku punya persediaan permen gulali di dapur. Aku ambilin ya"
Icha mengambil persediaan permen gulali miliknya di dapur. Ia memang selalu punya persediaan segala macam permen. Karena dia memang suka makan permen. Hehehehehe.
Icha memberikan gulali itu untuk keempat sahabat barunya. Mereka lalu memakan permen itu bersama-sama. Sekarang, permusuhan telah berakhir. Dan menjelma menjadi persahabatan yang manis, semanis permen.
SWEET CANDY!!
Manisnya Persahabatan....
Happy Reading guys!
Bubay!!
Karya Agni
Blog : palominaagni.blogspot.com
Baguskan, ceritanya??
Icha memang anak penjual permen. Tapi bukan penjual permen yang biasa-biasa lho. Orang tua nya punya pabrik permen yang terkenal sampai luar negeri. Tak hanya itu, orang tuanya membuat kios permen kecil-kecil-an dipinggir jalan agar orang yang belum tau merk permen keluarga Icha, jadi tau dan langsung beli lagi deh! Salah satu penjual permen itu adalah Mang Dwi. Mang Dwi itu deket banget sama Icha. Gara-gara Icha mampir di kios Mang Dwi sambil nunggu jemputan, jadi dikira Nancy anak tersombong di sekolah, Icha itu cuma anak penjual permen yang miskin.
****
Pagi ini Icha bangun pagi. Ia langsung mandi dan mengenakan seragamnya. Lalu ia turun untuk sarapan bersama keluarganya. Sepiring sandwich daging dan segelas susu menjadi menu sarapan Icha pagi ini.
Setelah itu Icha masuk mobil untuk berangkat ke sekolah. Gerbang sekolah ditutup lima belas menit lagi. Masih ada waktu buat Icha mengecek PR yang tadi malam ia kerjakan. Dengan semangat, ia masuk ke dalam kelas. Di kelas, sudah ada Nancy dan geng nya. Mereka melirik Icha dengan tatapan sinis.
"Heh anak penjual permen! Gaya banget sih, sok cuek sama kita-kita" seru Nancy sebal melihat kelakuan Icha.
"so? Jadi aku harus nyembah-nyembah ratu bully kayak kalian, gitu?" sahut Icha santai.
"Halah, palingan kamu juga dapet beasiswa buat sekolah disini" ejek Nancy. "Mana mungkin anak penjual permen yang miskin bisa sekolah disekolah ini"
"terserah kalian deh. Emangnya aku pikirin gitu??" ucap Icha cuek. Ia kemudian menaruh tas nya di bangku tempat biasa ia duduk.
***
Pulang sekolah, Icha langsung dijemput oleh mobil milik keluarganya. Tidak ada yang tau bahwa mobil itu adalah mobil milik keluarga Icha. Karena satu sekolah tau, bahwa Icha hanya seorang anak penjual permen miskin.
"Nancy, itu bukannya anak penjual permen itu ya?" kata Mira salah satu teman Nancy saat melihat Icha masuk kedalam mobil. "ngapain dia masuk ke dalem mobil bagus itu?"
"iya, ya. Ngapain coba?" kata Nancy heran. "kita ikutin yuk"
Kemudian Nancy dan geng nya masuk kedalam mobil jemputan Nancy. Mereka mengikuti mobil Icha yang hendak mengantarkan Icha pulang ke rumah.
Setelah mobil jemputan Icha berhenti di depan rumah Icha yang mewah, Nancy dan geng nya turun dari mobil. Mereka masih heran, rumah siapa yang Icha masuki.
"mbak-mbak ini temennya non Icha ya? Ayo tho, masuk aja. Ndak usah malu-malu" kata salah satu pembantu rumah Icha dengan logat jawa yang kental.
"Eh, gak usah mbak, kita cuma mau..." belum sempat Nancy menyelesaikan ucapannya, pembantu itu sudah mengantarkan Nancy dan geng nya masuk kedalam rumah.
"wah rumahnya bagus ya" kata Mira melihat sekeliling rumah.
"iya, masa si Icha punya rumah sebagus ini sih?" Nancy masih keheranan. Antara percaya dan tidak percaya.
Tak lama kemudian, Icha keluar dari kamarnya.
"lho kalian?!" sahutnya kaget. "kok gak bilang dulu kalo mau main kesini?"
"eh..eh" Nancy gelagapan sendiri.
"kaget ya?" tanya Icha. Tepat sasaran, wajah Nancy langsung memerah.
"sebetulnya sih iya, Cha" kata Nancy malu. "gak nyangka, ternyata kamu bukan anak penjual permen"
"aku emang anak penjual permen kok!" kata Icha tersenyum. "tapi yang kemarin itu pegawai ayahku. Ayahku punya pabrik permen. Salah satu cara untuk membuat orang-orang tau produk permen keluargaku ya dengan cara berjualan di kios-kios kayak gitu"
"ehm maafkan aku ya, Cha" kata Nancy mengulurkan tangannya, diikuti teman-temannya yang lain.
"gak papa kok" Icha menyambut uluran tangan Nancy dan yang lain. "makan permen yuk! Aku punya persediaan permen gulali di dapur. Aku ambilin ya"
Icha mengambil persediaan permen gulali miliknya di dapur. Ia memang selalu punya persediaan segala macam permen. Karena dia memang suka makan permen. Hehehehehe.
Icha memberikan gulali itu untuk keempat sahabat barunya. Mereka lalu memakan permen itu bersama-sama. Sekarang, permusuhan telah berakhir. Dan menjelma menjadi persahabatan yang manis, semanis permen.
SWEET CANDY!!
Manisnya Persahabatan....
Happy Reading guys!
Bubay!!
Karya Agni
Blog : palominaagni.blogspot.com
Baguskan, ceritanya??
Cerbung #3 = Adik-ku Fobia Laba-laba!?!? Bag. 3
Adik-ku Fobia Laba-Laba !?!?
Bagian : 3
Oleh : Orin
Singkatan Cerita Sebelumnya :
Merry yang takut terhadap laba-laba
berusaha di tenangkan oleh Jacy dan mamanya. Merry akhirnya bisa makan.
Tetapi, Merry disuapi oleh Jacy. Sehingga saat malam-malam, mama papa
Jacy membicarakan tentang Merry. Apakah Merry harus dibawa ke Ahli
Pengatas Fobia? Itulah topik pembicaraan-nya. Jacy yang mendengar
percakapan itu bingung. Merry fobia laba-laba? Apakah benar? Yuk, kita
dengar lanjutan-nya.
"Merry fobia laba-laba!?!?" pikirku dalam hati. Sesudah B.A.K (Buang Air Kecil, biar lebih sopan ) Aku langsung ke kamar aku. Yang ada di pikiranku hanyalah Merry, Merry, dan Merry.
* * *
Di mana-mana terlihat gelap. Kulihat Merry sedang menangis. Aku
kaget. Langsung aku mencoba untuk berlari kepadanya, tetapi, HAH! Aku
sama sekali tidak bergerak! Aku hanya lari di tempat. Padahal, aku sudah
mencoba lari sekencang mungkin menuju Merry. Tiba-tiba aku lihat ada
laba-laba besar yang berusaha memakan Merry. Aku kaget. "MERRY!"
teriak-ku, sekeras mungkin. Tetapi Merry cuek. Membiarkan dirinya
dimakan laba-laba raksasa itu. Aku menangis. "AHHHHHHHH!" teriak-ku,
sekeras mungkin.
Saat kubuka mataku, ternyata itu hanya mimpi. "Jadi ini yang Merry lihat ya? Sadis banget." gumamku. Kulihat jam Hello Kitty-ku.
"Ahh! Sudah jam 8!" gumamku dalam hati. Kenapa panik? Oh.. karena, aku
seharusnya membantu mamaku memasak jam segini. Aku langsung berlari ke
kamar mandi, mandi, dan ganti baju. Aku berlari ke dapur.
Di dapur, kulihat tidak ada Mama. "Mama?" kataku. Akhirnya aku ke kamar mama.
Tok-tok-tok. Suara ketokan aku di pintu kamar mamaku. Mama
mebuka. "Ada apa sayang?" tanya mamaku heran. "Bukan-nya mama dan aku
harus masak bersama ya?" tanyaku, dengan bingung. "Oh.. Mama udah
beliin pizza, jadi nggak usah Jacy, oke sayang?" jawab mama lembut. "Oh, Oke Ma. Tapi lain kali kita bikin pizza ya, hehehe.." jawabku senang. Mama menganguk.
"Aku ngapain ya.." kataku, sehabis mama menutup pintu kamar-nya.
Aha! Aku dapat membangunkan Merry. Aku langsung ke kamar Merry. Aku
membuka pintu, dan mengoyang-goyang badan Merry. "Ah.. Kak.. ngapain.."
kata Merry dengan kantuk. "Ayo bangun Merry! Kita akan makan pizza lho!" kataku membujuk Merry untuk bangun. "Hah! PIZZA!!!"Kata Merry senang.
Yup, Merry sangat suka Pizza. Itu mengapa dia hyperactive* saat mendengar kata "pizza". Merry langsung mandi dan ganti baju.
* * *
Aku dan Merry sudah makan pizza itu. Pizza itu sangat enak. Oh ya, sekarang jam 3 siang. Aku bosen. Aku sangat NPK (Nggak Punya Kerjaan, okay?). Merry menonton kartun "SpongeBob SquarePants". Seru juga sih, bikin ketawa. Tetapi, masih. Aku masih bosen. Akhirnya, mamaku datang bersama papaku.
"Merry, kita pergi yuk!" ajak mama dengan lembut. "Mau pergi ke
mana?" tanya Merry. "Kejutan." kata papaku datar. Akhirnya Merry ikut.
"Mama, Aku ikut nggak?" tanyaku. "Oh, iya. Kamu ikut kok. " kata Mama
me-respon pertanyaanku. "Nanti berangkat jam 6 sore ya." kata papa.
Aku pun berpikir. "Lho, jangan-jangan, Merry mau dibawa ke Ahli Pengatas Fobia!" pikirku dalam hati. Aku pun mulai khawatir.
(Bersambung)
Oke, bagus nggak? Bag. 4 is coming soon!!!!!!!!!!!!!!!!!!
Mau tau lanjutan-nya? Follow this blog so never miss a post! Oh yeah, kalau suka, pencet hal positif dalam reaksi-nya ya!
Support me, by following me.
Sudah ya,
Xoxo, Orin
Ket :
Hyperactive* : Sangat semangat (bahasa Inggrisnya)
Ket :
Hyperactive* : Sangat semangat (bahasa Inggrisnya)
Tunggu lanjutannya ya, Friends!!
Rahasia Dito (Part 4-Tamat)
Rahasia
Dito (Part 4-Tamat)
“Itu adalah buku diary-ku. Akkuuuu
…,” kata Dito tersendat. Aku mendengarkan dengan prihatin. “Aku malu, kak!
Menurutku, diary itu hanya untuk anak perempuan. Makanya, aku
menyembunyikannya. Aku yakin, jika aku memberitahu kakak, kakak akan
mengolok-olokku. Aku khawatir aku akan diejek teman-temanku dan kakak. Aku
sudah memberi tahu mama papa untuk merahasiakan hal ini, Mama papa setuju,
namun berkata kakak akan tahu suatu harinya. Jadi, sebelum mamapapa memberi
tahu, aku harus memberitahu kamu!,” kata Dito.
Aku memeluknya. Aku merasa bersalah
telah memarahi dia dan selalu berpikir dia itu anaknya belagu, pemarah, dan gak
asyik. Namun, dia ternyata baik.
“Tak apa-apa. Kakak senang kamu
mengaku, terus ajukan bakat menulismu. Aku tak akan melihat diarymu. Sebaiknya,
kamu tidak seperti itu padaku, dan tak seperti itu pada semua temanmu … dan,
kenapa sikapmu berubah akhir akhir ini?,” tanyaku.
“Ya, aku merasa aku telah ….” Tiba
tiba omongan Dito terputus. Dia berkata melanjutkan … “Ya, aku merasa bersalah!
Aku tak pernah menjadi adik yang baik untukmu!,” kata Dito.
Aku memeluknya. Senang rasanya,
berbaikkan dengan Dito …Hore!! Akhirnya, Dito membuka rahasianya juga. Bagus tidak ceritanya??? Keren ya! Ini Karangan Jesslyn Alvina Saputra. Blognya ada di : storyofjesslynstory.blogspot.com/ Kunjungi ya!!
Rahasia Dito (Part 3)
Rahasia Dito (Part 3)
“Kesalahan kakak adalah … kakak tidak pernah menjadi
kakak yang baik untukku. Kakak terlalu memanjakanku. Kakak bukan kakak yang
baik untukku. Aku … membenci kakak.,” kata Dito menunduk. Aku menghela nafas.
“Baik, kakak akan meninggalkanmu. Tanpa tahu buku apa itu,” sahutku sambil
menahan tangisku.
Aku menyetop taxi untuk pergi ke asrama Korea
Dormitory. Disana diajari bahasa Korea. Aku terpaksa berbohong ke ibuku bahwa
aku ingin ke mall dengan temanku, padahal, aku
ingin mendaftarkan diriku ke Korea Dormitory. Aku meminta uang jajan
atau taxi 300 ribu, dan uang pendaftaran
dan keperluan penting lainnya 800 ribu. Aku diam2 mengangkat koperku ke
taxi. Lalu langsung membayar uang seharga 80 ribu. Sisanya untuk asrama atau
kalau pergi ke studi wisata, misalnya.
Aku telah berada didepan asrama mewah Korea Dormitory.
Aku masuk ke daerah pendaftaran. “Baik, nama anda Nadita Massyen Nadia, umur 13
tahun, dan disini 3 tahun 1 tahun, 125 ribu. 125 dikali 3 sama dengan 375 ribu.
Dikamar 124 kode 1234567890. Ini, kartunya untuk membuka pintu kamar dan
silakan datang ke Korean 1, disebeleh kanan sana,” kata ibu itu panjang lebar.
Aku membayar dan mengangguk.
Aku memasuki ruangan berpintu ungu dan bertulisan, Korean
One. Aku segera masuk ke ruang itu. “Stop it, childrens! We are have some new
student. Say, Anyeonghaseyo! (halo!) Oneul Joul gowo seumida(hari ini sangat
menyenangkan)!,” sahut seseorang berbaju ungu. Aku yang cukup mahir Korea
langsung berkata, “Anyeonghaseyo, pan gawoyo!(Halo, senang bertemu dengan
anda!), na Nadita Goeyo, shap ship hangoeyo! (Saya Nadia, umurku 13 tahun!),”
sapaku. “My name is Mrs. Linda Ha yeong, you can call me Linda.,” kata guru itu
yang kira kira usianya sama sepertiku. “You can sit with … Josephine Han Jihoon,
she is in there. She is in there …,” kata Linda sambil menujukan bangku
perempuan itu. Saat aku mau datang, tiba-tiba, pintu kelas terbuka.
“Dita!,” seru … Ayahku! “Maafkan ayah! Ayah seharusnya
tidak mengecewakanmu! Ayo, kita pulang!,” serunya. Aku menangis dan mengangguk.
Aku bersyukur, semua orang membuatku kecewa dan mereka tak menyayangiku. Namun,
papaku masih menyayangiku. Aku sangat bersyukur. SANGAT 3 KALI bersyukur. Aku
langsung berkemas dan mengikuti papa ke mobil.
Dirumah …
“Kakak,
aku ingin memberi tahu buku apa itu yang selalu aku sembunyikan.,” seru Dito.
Aku kaget. Dan sekaligus gembira.
Wah... Apa isi bukunya ya?? Pada penasaran ngga?? Ikuti terus lanjutannya ya! Bye!
Cerbung #2 = Adik-ku Fobia Laba-laba!?!? (Bag.2)
Adik-ku Fobia Laba-laba!?!?
Bagian : 2
Oleh : Orin
Singkatan Cerita Sebelumnya :
Jacy mempunyai adik bernama Merry yang
pemberani, dan sangat tidak takut terhadap hal-hal sadis. Sampai,
tiba-tiba, Merry takut terhadap laba-laba sehabis menonton "Animal
Planet". Merry yang takut melihat laba-laba, langsung menangis. Jacy
mencoba menenangkan Merry. Tetapi, Merry tidak dapat tenang. Sampai saat
makan malam (sekitar jam 6.00.) Merry menangis terus. Mama Jacy mencoba
menenangkan Merry, tetapi Merry tetap menangis sedih. Jacy pun
bingung.
Aku bingung, bagaimana Merry bisa takut
terhadap laba-laba sekarang? Dulu Merry biasa aja tuh. "Sudah Merry,
Sudah.." kata mamaku dengan lembut, mencoba menenangkan Merry. Merry
tidak dapat (atau sama sekali) berhenti menangis. "Merry, kenapa kamu
menonton tentang laba-laba sih?" tanyaku kepada Merry.
"Aku..hiks..hiks.. kan, ada PR IPA..hiks…hiks… Disuruh bikin laporan
tentang serangga.. hiks.. hiks.. aku memilih laba-laba.. dan aku
menonton Animal Planet, untuk mencari informasi.. tapi.. hiks..
hiks.. aku nggak tau ada video seperti itu! Hiks… hiks…" kata Merry
menjawab pertanyaanku.
Akhirnya Merry diajak makan oleh mama. "Merry nggak nafsu makan,
ma.." kata Merry saat di meja makan. "Merry, ayo. Sayurnya harus
dimakan." jawab mamaku. "Nggak ma! Merry nggak mau makan!" teriak Merry,
marah. *hehehe..
pake emoticon segala*. Aku dan Mama-ku kaget. "Nggak bisa sayang! Kamu
harus makan!" kata mama dengan tegas. Merry yang cuek, hanya diam saja.
Aku, sebagai kakaknya, harus melakukan sesuatu!
Terpaksa aku menyuapi Merry. Huh, Memalukan! Padahal Merry udah kelas
2! Aku kayak Mbak-nya aja deh..! Oh ya, Merry diam aja saat aku
menyuapinya. Nggak malu apa?!?
* * *
Malam sudah datang, waktunya tidur. Aku tidur dengan nyenyak. Sampai,
tiba-tiba, aku kebelet. Aku ingin ke kamar mandi di luar kamarku. Lalu,
aku mendengar percakapan antara Mama dan Papa sebelum ingin membuka
pintu. Aku pun langsung mengintip.
"Aduh, Papa, bagaimana Merry kita ini?" tanya mama khawatir. "Merry
sepertinya fobia* laba-laba, Ma. Sangat susah menangani seseorang
seperti itu." jawab papa, sedih. "Hah!?! Merry fobia laba-laba?!?" gumamku
dalam hati. Aku pun mulai khawatir. "Jadi kita harus membawa Merry ke
para Ahli Pengatas Fobia, Pa?" tanya mamaku kecewa. "Iya, kita harus
Ma." jawab papa. "Tapi biaya-nya mahal, Pa. Apakah benar-benar harus?"
tanya mamaku, mulai khawatir. "Iya Ma. Mau bagaimana-pun, dia harus ke
para Pengatas Fobia." jawab papaku, dengan muka sedih.
Aku yang mendengar conversation** itu mulai khawatir. Akhirnya
mama papa pergi ke kamar mereka. Aku dapat langsung ke kamar mandi. Aku
kaget banget, pokoknya. Aku mulai berpikir.
(Bersambung)
Nah, pada suka nggk sama Bag. 2 nya??? Kalau Bagus, Klik hal positif dalam "reaksi" nya ya!!! Oh ya, Bag. 3, Click Me!
Oh ya, Nih..
Ket :
Phobia* = Rasa takut terhadap sesuatu yang sangat besar, dan sangat susah ditangani.
Conversation** = B. Inggris-nya diskusi
Penasaran sama apa yang akan terjadi next? Follow blog ini dan tidak akan pernah miss a post!
Sudah ya,
Xoxo, Orin
Kalian suka dengan cerita itu?? Met Baca ya!! Blog Orin : sweetlightblue.blogspot.com
Bye!
Langganan:
Postingan (Atom)